One Day Trip to Rammang-Rammang, Wisata Batu Karst, Maros, Sulawesi Selatan

Traveling Story

Malam ini mau share one day trip saya baru-baru ini ke Rammang-Rammang, Maros, Sulawesi Selatan. Jadi ceritanya saya bersama enam orang teman saya berangkat sekitar jam 10 pagi dari Makassar menggunakan motor, kebetulan jarak Makassar - Maros tidak begitu jauh, hanya sekitar 2 jam-an kalau tidak ketemu macet di Jalan Perintis Kemerdekaan.

Di perjalanan saya punya firasat yang kurang enak sebenarnya, karena itu saya meminta teman-teman untuk memastikan bahwa surat-surat kendaraannya telah dibawa. Saya sedikit lega ketika mereka mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan STNK dan SIM mereka, semuanya lengkap. Karena itu saya kembali menikmati perjalanan hari itu.

Memasuki Maros desa, terlihat dari jauh mobil-mobil polisi berjejeran. Kami pikir mereka hanya memeriksa mobil yang membawa barang ternyata mereka sedang melakukan sweeping semua jenis kendaraan bermotor. Salah satu dari mereka akhirnya meminta kami meminggirkan motor kami, kami mematuhinya lalu perasaan saya kembali tidak enak pemirsah. Ada apa ya?

Pak Polisi: Surat-suratnya lengkap dek?
Teman A : Iya pak, ada kok.
Pak Polisi: Coba keluarkan.
Teman B : (Sibuk krasak-krusuk) Ul, coba cek ada tidak STNK di bagasi motor?
Saya : Oke. (mencari) Tidak ada di sini. Di dompet atau di tas coba lihat?
Teman B : Duh kayaknya saya nda bawa deh.
Saya : Mampus deh. Kena tilang kita nih.
Pak Polisi : Lah, ini STNKnya belum dibayar pajaknya sejak tahun 2013. Bagaimana ini?
Teman A : Hehehe, maaf Pak, saya selalu lupa.
Pak Polisi : Nah kamu gimana, lengkap surat-suratnya?
Teman C : Lengkap dong, Pak. Mau saya perlihatkan?
Pak Polisi : Oke bagus.

Singkat cerita, teman B saya ngaku kalau STNKnya ketinggalan alias tidak ikut. Sementara teman A saya menghubungi Bapaknya yang kebetulan juga seorang polisi (taktik klasik yang tidak selalu berhasil). Teman A saya pun meminta Pak polisi untuk berbicara dengan Bapaknya. Sementara teman B saya sudah mulai tidak enak mukanya.

Saya : Kan udah saya peringatkan tadi pas masih di Makassar.
Teman B : Iya biasanya soalnya sepupuku nyimpan STNKnya di bagasi. Ah, padahal sudah saya peringatkan beberapa kali supaya STNKnya disimpan di bagasi motornya.
Saya : Yah mau gimana lagi. Ikut sidang aja, entar.

Di lain sisi Pak Polisi sibuk ngobrol dengan Bapak teman A saya.
Pak Polisi : Kalau anak Bapak sih saya bisa saja loloskan soalnya masalah pajak SAMSAT yang punya urusan. Nah tapi ini Pak temannya bagaimana, STNKnya tidak ada.
Teman B : Ya udah kita pasrah aja deh.

Setelah beberapa menit ngobrol, akhirnya Pak Polisi menyerahkan ponsel teman A saya kembali.
Pak Polisi : Jadi gimana dengan kamu?
Teman B : Mau gimana lagi, Pak. Ditilang aja gak apa-apa kok. Disidang aja.
Pak Polisi : Mau ikut sidang? Ah, saya tidak percaya kamu mau datang sidang. Mahasiswa biasanya malas datang sidang.
Teman B: Dimana memang sidangnya, Pak? Di Maros kan? Ah, dekat kok Pak. Saya pasti datang.
Pak Polisi : Begini saja, kamu ambil STNKnya dulu terus balik ke sini.

Dalam hati saya berkata, Siapa yang mau balik? Inikan sudah hampir sampai di tempat tujuan. Dan kami berempat cuma nyengir dan sesekali tertawa.

Teman B : Ini motor sebenarnya punya sepupu saya Pak. Nah saya tukaran motor soalnya dia mau ke Pinrang. Saya sudah suruh dia buat nyimpan STNKnya di bagasi motor tapi dianya gak nyimpan.
Pak Polisi : Ya sudah balik saja dulu ambil STNKnya. Mana saya bisa percaya ini motor punya kamu atau bukan kalau surat-suratnya gak ada.
Saya : Pak, kalaupun kami pulang, STNKnya gak ada di Makassar. Kan pasti dibawa sama sepupunya ke Pinrang.
Pak Polisi : Kalian mau ke mana ini sebenarnya?
Teman B: Ke Desa Berua Pak. Ada acara kampus di sana. (Ini asli ngarang cerita biar dikasihani sih niatnya)
Pak Polisi : Kalian cuma berlima?
Teman B: Yang tiba di sini baru kami ini, Pak. Yang lain masih di jalan.

Setelah cerita panjang lebar, akhirnya...
Pak Polisi: Ya sudah kalian saya bebaskan kali ini. Tapi lain kali ingat ya, surat-suratnya dibawa kemanapun perginya. Sebenarnya tuh lebih baik SIM yang tidak bawa ketimbang STNK.
Semua : Baik Pak. Terimakasih banyak ya, Pak. (Kemudian salim satu per satu sambil tersenyum lebar)


Dalam hati, It seems, we're so lucky today. Yeahhh. Thanks God!

Saya : Alhamdulillah ya, hampir aja kita kehilangan uang 50 ribu perak buat nyogok. Untung kita gak nyebut-nyebut soal sogok-menyogok.
Teman A : Kayaknya muka kita muka-muka penuh belas kasihan.
Saya : Tapi kok Bapaknya percaya kita masih mahasiswa.
Teman C : Ya emang kita masih mahasiswa. Mahasiswa pascasarjana kan. Hahahahahaha.
Semua : Hahahahahahaa

Ketika hampir di tiba di lokasi, teman saya bertemu pengendara motor berseragam pramuka, kelihatannya sih masih SMP. Waktu itu kami sempat menanyakan namanya, tapi saya sudah lupa, sebut saja dia Irsal. Saya cuma ingat nama anak yang diboncengnya, Zul.

Teman B: Dek, Rammang-Rammang masih jauh ya dari sini?
Irsal : Iya kak lumayan.
Teman B : Tinggal di sana kah?
Irsal : Iya kak.
Teman B : Kamu punya perahu gak buat disewain?
Irsal : Ada kak.

(Ini ceritanya di atas motor ya)

Teman B: Berapaan sewanya?
Irsal : Biasanya 250rb kak.
Teman B: Udah PP kan?
Irsal : Iya kak.

Kami pun mengikuti anak itu hingga tiba di lokasi yang dimaksud. Di jalan kulihat ada bebatuan, namanya batu karst yang sumpah keren banget. Cuman bingung juga cara ke bebatuan itu soalnya agak jauh dari jalan dan berada di tengah-tengah sawah.
Kami memutuskan untuk mengikuti anak itu, memarkir motor kemudian memulai transaksi tawar menawar. Niatnya kami sih mau nawar jadi 200rb tapi apalah daya, para pemilik kapal  sudah kompak kasi harga 250rb untuk kapal yang  mampu menampung 6-8 orang.


Perjalanan dari dermaga kecil itu menuju Desa Berua memakan waktu sekitar 10 menit. Saya tidak tahu pastinya karena terlalu menikmati perjalannya. Ketika tiba di desa yang penghuninya bisa dihitung jari itu, kami disuguhkan pemandangan sawah dan gunung yang jaraknya seolah berada di depan mata. Kami pun mengeluarkan kamera kami dan memulai aksi jepret sana sini kami.


Di desa itu ada sebuah gua yang menurut saya sih bukan goa, karena untuk memasukinya kami tidak perlu melewati lorong-lorong sempit seperti yang dimiliki oleh Londa, Tana Toraja. Tidak perlu lentera atau penerang apapun. Asli bukan goa. Hanya di tempat itu menempel jejak-jejek tangan yang konon peninggalan manusia purbakala.





Karena kami datangnya pas musim hujan, maka sawahnya sedang becek-beceknya. Ah iya, kalau pas ke goanya memakai jasa guide maka kalian akan diminta membayar sebesar 50rb/group. Saran saya sih tidak usah pakai guide, kalian sendiri aja yang menjelajah tempatnya sesuka hati kalian.

Setelah puas berfoto-foto kami pun kembali ke dermaga. Di sana kami memutuskan untuk menjelajahi batu karst yang kami lihat di perjalanan. Kami menanyakan kepada penduduk sekitar cara akses ke sana dan ternyata tidak sulit. Tidak jauh dari rumah kepala dusun, ada sebuah belokan ke kiri. Di sana kami hanya perlu berjalan sebentar kemudian menemukan pemandangan yang sangat menyegarkan mata. (Gak lebay, serius ini. Enelan!)


Namun sekali lagi karena musim hujan, kami tidak bisa menjelajahi sepenuhnya tempat batu karst itu berkumpul. Beberapa tempat digenangi air sementara saat itu saya sedang memakai sepatu. Akhirnya kami hanya mengambil gambar di tempat yang mudah dijangkau.








Nah itu dia yang bisa saya share tentang perjalanan ke Rammang-Rammang. Spot hunting fotonya itu paling bagus di batu karstnya. Paling entar pas ke sana parkir motor ada Kepala Dusun yang jagain motor sekaligus menunjukkan jalan. Sepulang dari sana kasi saja 10rbuan untuk biaya jaga motornya atau seikhlasnya kalian sajalah. Baik kok Kadusnya. Pas cerita-cerita sama beliau, katanya sih dia berencana membangun WC dan Villa di dekat situ soalnya akhir-akhir ini pengunjung desanya semakin meningkat.

Sekian dulu ya. Makasih yang sudah baca! Selamat bertualang! ^^

Auliya Sahril,
Makassar, Indonesia



3 comments:

Unknown said...

jadi pingin jalan2 ke makassar dan sulawesi selatan :)

auliya said...

Ayooo mas Carl. Visit sulsel. Ke Bulukumba juga. Kunjungi semua pantainya yang keren2. Di Makassar jg ada banyak sbnrnya dan karangnya masih keren2.

auliya said...

Kamu tinggal dimana? Hehe. Kalau ada uang lebih dipakai aja jalan2 ke Makassar dan sekitarnya. Wisata kulinernya juga enak.